Tulisan 12
Definisi Empowerment
Pemberdayaan
dalam arti sempit, yang berkaitan dengan sistem pengajaran antara lain
dikemukakan oleh Merriam Webster
dan Oxford English Dictionary kata”empower” mengandung
dua arti. Pengertian pertama adalah to
give power of authority dan pengertian kedua berarti
to give ability to or enable. Dalam pengertian
pertama diartikan sebagai memberi
kekuasaan, mengalihkan kekuasaan, atau
mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Sedangkan,
dalam pengertian kedua, diartikan sebagai upaya untuk memberikan kemampuan atau
keberdayaan.
Empowerment adalah wewenang untuk membuat keputusan dalam suatu area kegiatan operasi tertentu tanpa harus memperoleh
pengesahan orang lain (Luthans) dalam Chasanah (2008). Sedangkan
Straub dalam Chasanah (2008) mengatakan empowerment sebagai
pemberian otonomi, wewenang, kepercayaan, dan mendorong individu dalam
suatu organisasi untuk mengembangkan peraturan dalam rangka menyelesaikan pekerjaan.
Empowerment merupakan pemberian tanggung jawab dan wewenang
terhadap pekerja untuk mengambil keputusan menyangkut semua pengembangan produk
dan pengambilan keputusan. Empowerment juga berarti saling berbagi
informasi dan pengetahuan di antara karyawan yang digunakan untuk memahami dan
mendukung kinerja organisasi, pemberian penghargaan terhadap kinerja organisasi
dan pemberian otonomi dalam pengambilan keputusan yang berpengaruh terhadap
organisasi (Ford) dalam Chasanah (2008).
Empowerment merupakan sarana untuk membangun kepercayaan antara karyawan
dan manajemen. Ada dua karakteristik dalam empowerment,
pertama bahwa karyawan didorong untuk menggunakan inisiatif mereka sendiri, dan
kedua karyawan tidak hanya hanya diberi wewenang saja tetapi juga diberi sumber
daya untuk melakukan pengambilan keputusan sesuai dengan kreativitas dan
inovasi mereka. Secara tidak langsung karyawan juga didorong untuk melakukan pembelajaran
dari hasil keputusan dan pelaksanaannya.
Kunci efektif Empowerment
Konsep pemberdayaan (empowerment), menurut
Friedmann muncul karena adanya dua primise mayor, yaitu “kegagalan” dan
“harapan”. Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model pembangunan ekonomi
dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan,
sedangkan harapan muncul karena adanya alternatif-alternatif pembangunan yang
memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan gender, peran antara generasi dan
pertumbuhan ekonomi yang memadai. Dengan dasar pandangan demikian, maka
pemberdayaan masyarakat erat kaitannya dengan peningkatan partisipasi
masyarakat dalam proses pengambilan keputusan pada masyarakat, sehingga
pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan
pengamalan demokrasi.
Selanjutnya Friedmann dalam Prijono dan Pranaka
(1996) menyatakan bahwa kekuatan aspek sosial ekonomi masyarakat menjadi akses
terhadap dasar-dasar produksi tertentu suatu rumah tangga yaitu informasi,
pengetahuan dan ketrampilan, partisipasi dalam organisasi dan sumber-sumber
keuangan, ada korelasi yang positif, bila ekonomi rumah tangga tersebut
meningkatk aksesnya pada dasar-dasar produksi maka akan meningkat pula tujuan
yang dicapai peningkatan akses rumah tangga terhadap dasar-dasar kekayaan
produktif mereka.
Definisi Stress
Kata stres bermula darai kata latin yaitu
“Stringere” yang berarti ketegangan dan tekanan. Stres merupakan suatu yang
tidak diharapkan yang muncul karena tingginya suatu tuntutan lingkungan pada
seseorang. Keseimbangan antara kemampuan dan kekuatan terganggu. Bilamana stres
telah mengganggu fungsi seseorang, dinamakan distress. Distress kebanyakan
dirasakan orang jika situasi menekan dirasakan terus-menerus ( tugas yang berat
atau tugas yang dikakukan karena tugas dilakukan dengan situasi yang tidak
kondusif atau stres yang dilakukan dengan dasar rasa trauma).
Ada beberapa pengertian dari stres yaitu ;
1. Menurut Robbin,Stres adalah suatu kondisi dinamis dimana seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang
terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu tersebut dan hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.
2. Menurut Michael, Stres merupakan suatu respon adaptif, dimoderasioleh perbedaan individu yang merupakan konsekwensi dai setiaptindakan,
situasi, peristiwa dan yang menempatkan tuntutan khususterhadap seseorang
Penyebab orang mengalami stres
Stres yang dialami oleh seseorang biyasanya selalu
berkonotasi negatif karena akan mengalami suatu kontra produktif. Stres sendiri
dapat juga membantu proses mengingat yang dialami dalam jangka pendek dan tidak
terlalu kompleks. Stres bisa meningkatkan glokosa yang menuju ke otak, yang
memberikan energi lebih kepada neuron. Hal dapat mendorong untuk meningkatkan
pembentukan dan pengembalian ingatan. Disisi lain jika stres dilakukan secara
terus menerus, akan menyebabkan terhambatnya pengiriman glukosa ke otak yang
mengakibatkan rendahnya daya ingat manusia.
Adapun hal-hal yang menjadi sumber penyebab
terjadinya stress adalah sebagai berikut:
1)
Faktor Lingkungan
Ketidakpastian Ekonomi, misalnya orang merasa cemas
terhadap kelangsungan pekerjaan mereka. Ketidakpastian Politik,
misalnya adanya peperangan akibat perebutan kekuasaan. Perubahan Teknologi,
misalnya dengan adanya alat-alat eletronik dll, munculnya bom dimana-mana.
2)
Faktor Organisasional
Tuntutan Tugas, misalnya desain pekerjaan
individual, kondisi pekerjaan, dan tata letak fisik pekerjaan. Tuntutan
Peran, misalnya ada peran beban yang berlebihan dalam organisasi. Tuntutan
Antarpersonal, misalnya tidak adanya dukungan dari pihak tertentu atau terjain
hungan yang buruk.
3)
Faktor personal.
Persoalan Keluarga, misalnya kesulitan dalam
mencari nafkah dan retaknya hubungan keluarga. Persoalan Ekonomi, misalnya apa
yang dimilikinya tidak memenuhi apa yang didambakan. Berasal dari
kepribadiannya sendiri.
Dari berbagai masalah yang telah disebutkan tadi
baik dari masalah yang hadapi secara personal, organisasi, dan lingkungan. Hal
semacam itu yang sangat tidak diharapkan setiap orang dalam segala kondisi
apapun, terutama dalam pekerjaan. Organisasi pun sangat tidak menginginkan
setiap anggotanya mengalami masalah tersebut. Oleh karena itu peran sebagai
pemimpin atau manajer sangat berperan supaya bisa menyelesaikan masalah
tersebut agar tidak mengganggu organisasi.
Manajemen stres atau cara mengatasi stress
Ada dua pendekatan dalam manajemen stres, yaitu:
1.
Pendekatan Individual
a.
Penerapan manajemen waktu
Pengaturan waktu yang sangat tepat akan menjamin
seseorang tidak akan menjadi stres. Dikarenaka setiap orang pastinya memiliki
rasa lelah yang sangat besar dan perlukan pembagian waktu untuk istirahat dan
merelaksasikan tubuh dari kepadatan jadwal kerja. Pola pembagian waktu yang
baik antar waktu bekerja, beridah, dan waktu istirahat. Waktu bekerja antara
jm7 pagi sampai jm6 sore, setelah itu kemungkinan daya tingkat kejenuhan
seseorang akan meningkat disaat itulah diperlukan istirahat yang cukup untuk mengembalikan
rasa lelah.
b.
Penambahan waktu olah raga
Dalam tubuh
manusia diperluakan olah raga yang dapat mengatur dan merangsang syaraf motorik
dan otot-otot sehingga membuat badan kita menjadi bugar. Ketahanan fisik yang
dimiliki pun akan semakin baik. Olah raga pun bisa dilakukan seminggu 3 kali
atau 1 minggu sekali. Bisa dengan joging di pagi atau di sore hari, cukup
melakukan olah raga yang ringan.
c.
Pelatihan relaksasi
Setelah
melakukan kerja yang cukup padat dan banyak, tentunya membuat tubuh menjadi
lelah dan diperlukan relaksasi yang membantu menenangkan tubuh yang tegang
menjadi relaks. Merefres otak yang sudah di pakai untuk bekerja setiap hari.
Cara yang ampuh dalam relaksasi bisa dengan mendengarkan musik atau menonton
film sambil bersantai. Namun ada juga yang malakukan meditasi atau yoga.
d.
Perluasan jaringan dukungan social
Berhubungan
dengan banyak orang memang sanagt diperlukan. Selain dengan mempermudah dalam
pekerjaan, dengan memiliki banyak jaringan pertemanan juga bisa kita manfaatkan
sebagi tempat berbagi dalam memecahkan masalah yang di alami. Terkadang setiap
orang hal seperti ini sangat diperlukan sekali. Karena itu manusia adalah
makhluk sosial yang saling butuh membutuhkan.
2.
Pendekatan Organisasional
a.
Menciptakan iklim organisasional yang mendukung.
Banyak organisasi besar saat ini cenderung
memformulasi struktur birokratik yang tinggi yang menyertakan infleksibel. Ini
dapat membawa stres kerja yang sungguh-sungguh. Strategi pengaturan mungkin
membuat struktur lebih desentralisasi dan organik dengan membuat keputusan
partisipatif dan aliran keputusan ke atas. Perubahan struktur dan proses
struktural mungkin akan menciptakan iklim yang lebih mendukun bagi pekerja,
memberikan mereka lebih banyak kontrol terhadap pekerjaan mereka, dan mungkin
akan mencegah atau mengurangi stres kerja mereka.
b.
Adanya penyeleksian personel dan penempatan kerja
yang lebih baik.
Pada dasarnya kemampuan ilmun atau skil yang
dimiliki oleh seyiap orang mungkin akan berbede satu dengan yang lainnya.
Penempatan kerja yang sesuai dengan keahlian sangat menunjang sekali
terselesaikannya suatu pekerjaan. Penyesuaiaan penempatan yang baik dan
penseleksian itu yang sangat diperluakan suatu perusahaan atau organisasi agar
setiap tujuan dapat tercapai dengan baik. Seperti halnya seorang petani yang
tidak tahu bagaimana seorang nelayan yang mencari ikan, tentunya akan
kesulitan.
c.
Mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran
organisasional.
Konflik dalam sebuah organisasi mungkin adalah hal
yang wajar dan mungkin sering juga terjadi. Konflik apapun yang terjedi
tentunya akan menimbulkan ketidak jelasan peran suatu organisasional tersebut.
Mengidentifikasi konflik penyebab stres itu sangat diperlukan guna mengurangi
atau mencegah stres itu sendiri. Setiap bagian yang dikerjakan membutuhkan
kejelasan atas setiap konflik sehingga ambigious itu tidak akan terjadi. Peran
organisasi itu yang bisa mengklarifikasikan suatu konflik yang terjadi sehingga
terjadilah suatu kejelasan dan bisa menegosiasikan konflik.
d.
Penetapan tujuan yang realistis.
Setiap organisasi pastinya memiliki suatu tujuan
yang pasti. Baik bersifat profit maupun non profit. Namun tujuan organisasi itu
harus juga bersifat real sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh organisasi
tersebut. Kemampuan suatu organisasi dapat dilihat dari skli yang dimiliki oleh
setiap orang anggotanya. Dengan tujuan yang jelas dan pasti tentunya juga
sesuai dengan kemampuan anggotanya maka segala tujuan pasti akan tercapai pula.
Namun sebaliknya jika organisasi tidak bersikap realistis dan selalu menekan
anggotanya tanpa adanya kordinasi yang jelas stres itu akan timbul.
e.
Pendesainan ulang pekerjaan.
Stres yang terjadi ketika bekerja itu kemungkina
terjadi karena faktor kerjaan yang sangat berat dan menumpuk. Cara menyikapi dan
mengatur program kerja yang baik adalah membuat teknik cara pengerjaannya.
Terkadang setiap orang mengerjakan pekerjaan yang sulit terlebih dahulu dari
pada yang mudah. Seseorang akan terasa malas dan enggan untuk mengerjakan
pekerjaannya ketika melihat tugas yang sudah menumpuk maka akan timbul stres.
Strategi yang dilakukan adalah melakukan penyusunan pekerjaan yang muadah
terlebih dahulu atau pekerjaan yang dapat dikerjakan terlebih dahulu. Sedikit
demi sedikit pekerjaan yang menumpuk pun akan terselesaikan. Dengan kata lain
stres pun bisa dihindari dan bisa dikurangi.
f.
Perbaikan dalam komunikasi organisasi.
Komunikasi itu sangatlah penting sekali dalam
berorganisasi. Komunikasi dapat mempermudah kerja seseorang terutama dalam team
work. Sesama anggota yang tergabung dalam satu kelompok selalu berkordinasi dan
membicarakan program yang akan dilakukan. Komunikasinya pun harus baik dan
benar. Perbedaan cara kordinasi dan instruksi ke atasan mau pun bawahan. Sering
sekali terjadi kesalahan dan tidak mampu menempatkan posisi dan jabatan
sehingga terjadi kesalahan dalam mengkomunikasikan.
g.
Membuat bimbingan konseling.
Bimbingan konseling ini bisa dirasakan cukup dalam
mengatasi stres. Konseling yang dilakukan kepada psikolog yang lebih kompeten
dalam masalah kejiwaan seseorang. Psikologis seseorang terganggu sekali ketika
stres itu menimpa. Rasa yang tidak tahan dan ingin keluar dari tekanan-tekanan
yang dirasakan tentunya akan menambah rasa stres yang dihadapinya. Konseling
dengan psikolog sedikitnya mungking bisa membantu keluar dari tekanan stres.
Sumber :
Michael,
2006, Perilaku dan Manajemen Organisasi, Jakarta: ERLANGGA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar