Selasa, 10 Januari 2012

Kehidupan di Luar


Terkadang saya kasihan melihat anak kecil dijalanan yang mengemis untuk membantu orang tuanya yang tidak bekerja, kenapa harus mereka yang  dijadikan sebagai tulang punggung dari keluarganya ? menurut saya dia masih belum pantas untuk dijadikan tumpuhan bagi keluarganya. Dia masih harus banyak belajar untuk meraih masa depan dan cita-cita yang ingin dia raih. Agar membantu keluarganya lebih baik lagi suatu hari nanti, tetapi jika mereka saat ini yang harus bekerja dengan mengemis apakah masih ada waktu untuk belajar untuk mereka ? menurut saya tidak. Walaupun masih ada yang bisa untuk belajar, itu tidak efektif dan sebaik mungkin, karena mereka harus mengejar waktu yang mereka punya untuk mengemis demi sesuap nasi atau bahkan keperluan untuk keluarganya dengan apa yang mereka dapatkan secukupnya. Lirih hati saya saat melihat mereka sedang mencari suatu logam atau kertas yang bernilai akan ditukar dengan suatu kebutuhan untuknya, saat hujan atau teriknya matahari yang membuat mereka harus membela dirinya agar mereka tetap semangat demi keluarganya. Dan disamping itu juga, terkadang kita melihat banyak orang yang menghamburkan sesuatu apa yang mereka punya tanpa peduli bahwa masih ada yang lebih membutuhkan nya. Maka dari itu, kita harus bersyukur dengan apa yang kita punya dan bersyukur juga bahwa orang tua kita mempunyai pekerjaan yang baik untuk memberi kebutuhan atau keperluan bagi keluarga. Terutama bersyukur kepada Allah Swt.

Masa Lalu


Masa lalu adalah dimana seseorang mempunyai pengalaman yang indah atau bahkan pahit. Semua orang pasti mempunyai masa lalu, yang di kenang atau di buang. Dapat dijadikan sebagai dua macam yaitu positive atau negative. Dikatakan positive jika seseorang itu menganggap sebagai suatu pelajaran yang akan menjadikan dirinya lebih baik lagi dalam bersikap dan untuk lebih dewasa dalam berbagai hal yang kita lakukan selanjutnya,  yang dipelajari melalui masa lalu tersebut. Karena pada dasarnya apapun yang kita hadapi dalam masa lalu itu adalah sebuah pilihan yang kita inginkan dan keputusan yang tidak kita inginkan atau bahkan yang terbaik untuk kedepannya ... Lalu dikatakan negative jika seseorang tersebut menjadikan masa lalu itu sebagai kerapuhan jiwanya, kita boleh rapuh saat masa lalu menyakiti atau pahit, tetapi tidak untuk berlarut-larut dalam mengenang nya, mungkin saja masa lalu itu bukan yang terbaik untuk diri kita selanjutnya, dan masih akan ada hal yang lebih baik lagi untuk kita ke depannya. Tidak juga untuk balas dendam atau apapun. Karena masa lalu pernah singgah dalam hati dan kehidupan kita saat lalu. So, jadikan masa lalu sebuah pengalaman suatu pelajaran untuk kita dalam menghadapi kehidupan selanjutnya yang akan kita jalani lebih baik lagi dari yang lalu.

Manusia dan Kegelisahan


Kegelisahan adalah suatu rasa dimana seseorang merasa khawatir atau tidak tenang terhadap apapun. Semisal mahasiswa gelisah karena tidak belajar. Atau orang tua yang gelisah dikarenakan anaknya yang tak kunjung pulang. Menurut saya, biasanya ketika merasa gelisah, detak jantung berdetak cukup cepat. Tetapi ketika kegelisahan itu hilang, rasanya lega dan bebas. Ketika kegelisahan itu datang, pertama-tama, kita buat hati kita tenang dan damai. Lalu kita berpikir yang optimis saja. Maka berangsur-angsur kegelisahan itu akan hilang. Salah satu dari bagia kehidupan manusia yang sekian banyak dialami oleh manusia salah satunya adalah kegelisahan. Kegelisahan disini bukan ke-geli – geli basah-an.

Kegelisahan dalam diri manusia dapat timbul sewaktu – waktu tanpa atau dengan diharpkan kehadirannya. Banyak faktor yang yang mempengaruhi dan menimbulkan kegelisahan dalam diri manusia. Adanya rasa gelisah yang dirasakan dan dialami oleh manusia pada dasarnya disebabkan oleh manusianya itu sendiri karena semua manusia memiliki hati, perasaan dan pikiran.

Kegelisahan pada diri manusia biasanya sangat erat kaitannya dengan sebauh kata “Tanggung Jawab”. Baik secara individual, sosial maupun religius. Jika usaha yang telah kita lakukan untuk mempertanggung jawabkan mengalami kesulitan dan kendala, kegagalan atau tidak berhasil maka secara langsung otak kita akan terkoneksi dengan yang direspon “Kegagalan dan permasalahan”. Dengan kata lain terkoneksi dengan hati, perasaan dan pikiran. Baik disadari atau tidak disadari. Begitu pula jika yang telah dilakukan telah memcapai titik maksimum dan berhasil maka kita sendiri tidak luput dari permasalahan dan kegelisahan, sebagai conth kegelisahan untuk mempertahankannya dan sebaginya.

Bentuk – bentuk kegelisahan dalam diri manusia dapat mnjelma dalam suatu bentuk, seperti ;

1. Keterasingan
Terasing, diasingkan atau sedang dalam keterasingan sudah ada sejak puluhan bahkan ribuan tahun lamanya. Dimana terasing pada dasarnya dapat didefinisikan sebagi bentuk kehilangan eksistensi diri yang disebabkan tidak adanya pengakuan tentang keberadaan kita “secara hakikat” atau dengan kata lain merasa tersisihkan dan termarjinalkan oleh diri sendiri  dan orang lain dalam pergaulan atau mayarakat. Keterasingan disebabkan oleh dua faktor, yaitu (1) Faktor intern, atau fakor yang berasal dari dalam diri sendiri seperti merasa berbeda dengan orang lain, rendah diri dan bersikap apatis dengan lingkungan. (2) Faktor ekstern, yaitu faktor yang berasal dari luar diri. Faktor ini pun bias bersumber pad afaktor yang pertama.

2. Kesepian
Aplikasi dan perwujudan dari terasing adalah kesepian. Jika seseorang sudah merasa diasingkan maka orang tersebut akan mengalami kesepian dalam diri dan lingkunga sehingga merasa sepia tau kesepian. Jika hal ini terus dibiarkan maka orang tersebut akan kehilangan unsur dan karakter unik dalam dirinya senhingga dia pun sulit untuk mengenali dirinya.

3. Masih banyak lagi
Berasal dari bahasa gelisah yang artinya tidak nyaman, tidak tenteram, merasa cemas, khwatir yang porsinya berlebihan dan terus-menerus. Dapat dikatakan sebagai suatu kewajaran jika setiap manusia mengalami kegelisahan dalam diri dan hidupnya dan hal ini dikarenakan sebagai resiko yang harus diterimanya atau kodrat.


Manusia dan Harapan


Secara kharfiah Harapan berasal dari kata harap yaitu keinginan supaya sesuatu terjadi atau suatu yang belum terwujud. Harapan dapat diartikan sebagai menginginkan sesuatu yang dipercayai dan dianggap benar dan jujur oleh setiap manusia dan harapan agar dapat dicapai, memerlukan kepercayaan kepada diri sendiri, kepercayaan kepada orang lain dan kepercayaan kepada ALLAH SWT.
Tentu setiap manusia memiliki harapan di dalam menjalani kehidupan, karena saya seorang mahasiswa, maka saya akan mengambil contoh ; saya berharap mendapat nilai yang bagus di dalam semua mata kuliah yang saya ambil, itu harapan saya dalam jangka waktu pendek. Tapi jika dirunut lebih dalam, pastinya saya berharap menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan Negara, kelak (harapan jangka panjang).

Menurut kodratnya dalam diri manusia terdapat 2 dorongan,yaitu dorongan kodrat serta dorongan kebutuhan hidup. Terkait dengan kebutuhan manusia tersebut , abraham maslow mengkategorikan kebutuhan manusia menjadi 5 macam atau disebut juga 5 harapan manusia, yaitu;
1.harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup
2.harapan untuk memperoleh keamanan
3.hak untuk mencintai dan dicintai
4.harapan diterima lingkungan
5.harapan memperoleh perwujudan cita-cita

Harapan itu bersifat manusiawi dan dimiliki semua orang. Dalam hubungannya dengan pendidikan moral, untuk mewujudkan harapan perlu di wujudkan hal – hal sebagai berikut:
a. harapan apa yang baik
b. bagaimana mencapai harapan itu
c. bagaimana bila harapan itu tidak tercapai.

Jika manusia mengingat bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di akhirat juga, maka sudah selayaknya “harapan” manusia untuk hidup di kedua tempat tersebut bahagia. Dengan begitu manusia dapat menyelaraskan kehidupan antara dunia dan akhirat dan selalu berharap bahwa hari esok lebih baik dari pada hari ini, namun kita harus sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi kenyataan.