Senin, 22 April 2013

Tulisan 5


Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita
bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan
interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
Ø  Model-model hubungan Interpersonal

a.   Model Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu
transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut:
Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap
individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya
selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan
biaya”.
b.  Model Peranan
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai
panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan
peranannya.

·         Analisis Transaksional

Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. AT dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan  baru   guna          kemajuan      hidupnya      sendiri.

AT dikembangkan oleh Eric Berne tahun 1960. Dalam mengembangkan pendekatan ini Eric Berne menggunakan berbagai bentuk permainan antara orang tua, orang dewasa dan anak. Dalam eksprerimen yang dilakukan Berne mencoba meneliti dan menjelaskan bagaimana status ego anak, orang dewasa dan orang tua, dalam interaksi satu sama lain, serta bagaimana gejala hubungan interpersonal ini muncul dalam berbagai bidang kehidupan seperti misalnya dalam keluarga, dalam pekerjaan, dalam sekolah, dan sebagainya.
         
Ø  Memulai Hubungan

a.    Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu:
a)      informasi demografis.
b)     sikap dan pendapat (tentang orang atau objek).
c)      rencana yang akan datang.
d)     kepribadian.
e)      perilaku pada masa lalu.
f)       orang lain serta,
g)     hobi dan minat.
Proses pembentukan kesan :
Stereotyping
Seorang guru ketika menghadapi murid-muridnya yang bermacam-macam, ia akan mengelompokkan mereka pada konsep-konsep tertentu; cerdas, bodoh, cantik, jelek, rajin, atau malas. Penggunaan konsep ini menyederhanakan bergitu banyak stimuli yang diterimanya. Tetapi, begitu anak-anak ini diberi kategori cerdas, persepsi guru terhadapnya akan konsisten. Semua sifat anak cerdas akan dikenakan kepada mereka. Inilah yang disebut stereotyping.
Stereotyping ini juga menjalaskan terjadinya primacy effect dan halo effect yang sudah kita jelaskan dimuka. Primacy effect secara sederhana menunjukkan bahwa kesan pertama amat menentukan; karena kesan itulah yang menentukan kategori. Begitu pula, halo effect. Persona stimuli yang sudah kita senangi telah mempunyai kategori tertentu yang positif, dan pada kategori itu sudah disimpan semua sifat yang baik.

Implicit Personality Theory
Memberikan kategori berarti membuat konsep. Konsep “makanan” mengelompokkan donat, pisang, nasi, dan biscuit dalam kategori yang sama. Konsep “bersahabat” meliputi konsep-konsep raman, suka menolong, toleran, tidak mencemooh dan sebagainya. Disini kita mempunya asumsi bahwa orang ramah pasti suka menolong, toleran, dan tidak akan mencemooh kita. Setiap orang mempunyai konsepsi tersendiri tentang sifat-sifat apa yang berkaitan dengan sifat-sifat apa. Konsepsi ini merupakan teori yang dipergunakan orang ketika membuat kesan tentang orang lain. Teori ini tidak pernah dinyatakan, kerena itu disebut implicit personality theory. Dalam kehidupan sehari-hari, kita semua psikolog, amatir, lengkap dengan berbagi teori kepribadian. Suatu hari anda menemukan pembantu anda sedang bersembahyang, anda menduga ia pasti jujur, saleh, bermoral tinggi. Teori anda belum tentu benar, sebab ada pengunjung masjid atau gereja yang tidak saleh dan tidak bermoral.
Atibusi
Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak (Baron dan Byrne, 1979:56). Atribusi boleh juga ditujukan pada diri sendiri (self attribution), tetapi di sini kita hanya membicarakan atribusi pada orang lain. Atribusi merupakan masalah yang cukup poupuler pada dasawarsa terakhir di kalangan psikologi sosial, dan agak menggeser fokus pembentukan dan perubahan sikap. Secar garis besar ada dua macam atribusi: atribusi kausalitas dan atribusi kejujuran.
Fritz Heider (1958) adalah yang pertama menelaah atribusi kausalitas. Menurut Heider, bila kita mengamati perilaku sosial, pertama-tama kita menentukan dahulu apa yang menyebabkannya; factor situasional atau personal; dalam teori atribusi lazim disebut kausalitas eksternal dan kausalitas internal (Jones dan Nisbett, 1972).
Sekarang bagaimana kita dapat menyimpulkan bahwa persona stimuli jujur atau munafik (atribusi kejujuran-attribution of honesty)? Menurut Robert A. Baron dan Donn Byrne (1979:70-71), kita akan memperhatikan dua hal: (1) sejauh mana pernyataan orang itu menyimpang dari pendapat yang popular dan diterima orang, (2) sejauh mana orang itu memperoleh keuntungan dari kita dengan pernyataan itu.
b. Daya tarik
Dalam hukum daya tarik dapat dijelaskan bahwa cara pandang orang
lain terhadap diri individu akan dibentuk melalui cara berfikir, bahasa dan
tindakan yang khas. Orang pintar, pandai bergaul, ganteng atau cantik akan
cenderung ditanggapi dan dinilai dengan cara yang menyenangkan dan dianggap memiliki sifat yang baik. Meskipun apa yang disebut gagah, cantik atau pandai bergaul belum disepakati, namun sebagian relatif menerima orang sebagai pandai cantik atau gagah. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik seseorang baik fisik maupun karakter sering menjadi penyebab tanggapan dan penerimaan personal.
Ø  Hubungan Peran

Model peran.
Menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan peranannya.

Konflik
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara duaorang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi.
Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.
Adequacy peran dan Autentisitas dalam hubungan peran
Kecukupan perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi ( ketentuan ) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.
Ø  Intimacy dan Hubungan Pribadi
Sebagai konsekuensi adanya daya tarik menyebabkan interaksi sosial antar individu menjadi spesifik atau terjalin hubungan intim. Orang-orang tertentu menjadi istimewa buat kita, sedangkan orang lain tidak. Orang-orang tertentu menjadi sangat dekat dengan kita, dibandingkan orang lain. Adapun bentik intim terdiri dari persaudaraan, persahabatan, dan percintaan. Lebi h jauh mengenai bentuk-bentuk hubungan intim tersebut daoat dijelaskan pada bagian berikut :

1.    Persaudaraan
Hubungan intik ini didasarkan pada hubungan darah. Hunungan intim interpersonal dalam persaudaraan terdapat hubungan inti ssperti dalam keluarga kecil. Pada persaudaraan itu didlamnya terkandung proximitas dan keakraban.

2.    Persahabatan
Persahabatan biasanya terjadi pada dua individu yang didasarkan pada banyak persamaan. Utamanya persamaan usia. Hubungan dalam persahabatan tidak hanya sekedar teman, lebih dari itu diantara mereka terjalin interaksi yang sangat tinggi sehingga mempunyai kedekatan psikologis. Indikasi atau tanda-tanda bila dalam hubungan interpersonal terjadi persahabatan yaitu : sering bertemu, merasa bebas membuka diri, bebasmenyatakan emosi, dan saling tergantung diantara mereka.
3.    Percintaan
Persabatan antar priab dan wanita bisa berubah mejadi cinta, jika dua individu itu merasa sebagai pasangan yang potensial seksual. Dalam suatu persahabatan, dapat melahirkan satu proses yang namanya jatuh cinta. Hal ini terjadi karena ada dua perbedaan mendasar antara persahabatan dan cinta.

Ø  Intimacy dan Pertumbuhan
Apapun alasan untuk berpacaran, untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita.
Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena :
(1) kita tidak mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh.
(2) kita tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan.
(3) kita tidak percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia.
(4) kita dibentuk menjadi orang yang berkepribadian tertutup.
(5) kita memulai pacaran bukan dengan cinta yang tulus .
Dalam hal inilah keutamaan cinta dibutuhkan.
Sumber :


Tulisan 4


Stres
Sebelum membahas apa itu stres, pasti kalian sudah tau kan stres itu apa ? Setiap orang mengalami stres dengan tingkatan dan masalah stres yang berbeda-beda. Yuk, mari kita lanjut pembahasan mengenai Stres..
   I.      Arti penting stres
Stress sendiri dalam artian Psikologis adalah sebuah reaksi spesifik bagi individu terhadap stressor , atau ancaman dan tuntutan yang datang dari diri sendiri ( dalam ) maupun dari luar individu tersebut mencoba untuk“survive”.
Stress itu sendiri adalah sebuah hal yang sangat wajar dan bahkan sudah pasti ditemui atau sudah didapati dari mayoritas umat manusia di dunia. Keadaan tersebut dikarenakan adanya berbagai faktor yang mempengaruhi otak / pikiran atau mental dari seseorang  tersebut , seperti yang dijelaskan sebelumnya stress itu karena adanya tekanan dan ancaman atau bersifat mengganggu mental dan pikiran seseorang.
Ø  Pengertian stres
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut Selye (Bell, 1996) stress diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti: meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan.
Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stress juga dapat diartikan sebagai:
  • Stimulus, yaitu stress merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stress atau disebut juga dengan stressor. 
  • Respon, yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
  • Proses, yaitu stress digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stress melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Jadi, stress dapat mempengaruhi fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi, stress dapat mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif ataupun positit, tergantung bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi stress atau bagaimana individu tersebut mempersepsikan stress yang sedang dihadapinya.
Ø  Efek-efek Stres
Efek Umum Stress
Pada Tubuh
Pada Perasaan
Pada Perilaku
·     Sakit kepala
·      Ketegangan atau nyeri otot
·      Nyeri dada
·      Kelelahan
·      Perubahan dalam gairah seks
·      Gangguan perut
·      Masalah Tidur
·      Kecemasan
·    Gelisah
·      Kurangnya motivasi atau fokus
·      Lekas ​​marah
·      Kesedihan atau depresi
·     Kurang nafsu makan atau malah makan berlebihan
·     Kemarahan yang meledak ledak
·     Penyalahgunaan obat atau alkohol
·     Penarikan sosial
·     Merokok

Ø  General Adaptation Syndrom (GAS) – Hans Selye
Selye (dalam Sarafino, 2006) mempelajari akibat yang diperoleh bila stressor terus menerus muncul. Ia mengembangkan istilah General Adaptation Syndrome (GAS) yang terdiri atas rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap stressor yaitu:

1. Fase reaksi yang mengejutkan ( alarm reaction )
Pada fase ini individu secara fisiologis merasakan adanya ketidakberesan
seperti jantungnya berdegup, keluar keringat dingin, muka pucat, leher tegang,
nadi bergerak cepat dan sebagainya. Fase ini merupakan pertanda awal orang
terkena stres.
2. Fase perlawanan (Stage of Resistence )
Pada fase ini tubuh membuat mekanisme perlawanan pada stres, sebab pada
tingkat tertentu, stres akan membahayakan. Tubuh dapat mengalami disfungsi,
bila stres dibiarkan berlarut-larut. Selama masa perlawanan tersebut, tubuh
harus cukup tersuplai oleh gizi yang seimbang, karena tubuh sedang
melakukan kerja keras.
3. Fase Keletihan ( Stage of Exhaustion )
Fase disaat orang sudah tak mampu lagi melakukan perlawanan. Akibat yang
parah bila seseorang sampai pada fase ini adalah penyakit yang dapat
menyerang bagian – bagian tubuh yang lemah.

Ø  Faktor inividual dan sosial- penyebab stres
Faktor lingkungan
Selain memengaruhi desain struktur sebuah organisasi, ketidakpastian lingkungan juga memengaruhi tingkat stres para karyawan dan organisasi. Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi, misalnya, ketika kelangsungan pekerjaan terancam maka seseorang mulai khawatir ekonomi akan memburuk.
Faktor organisasi
Banyak faktor di dalam organisasi yang dapat menyebabkan stres. Tekanan untuk menghindari kesalahaan atau menyelesaikan tugas dalam waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu menuntut dan tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah beberapa di antaranya. Hal ini dapat mengelompokkan faktor-faktor ini menjadi tuntutan tugas, peran, dan antarpribadi.
Tuntutan tugas adalah faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang. Tuntutan tersebut meliputi desain pekerjaan individual, kondisi kerja, dan tata letak fisik pekerjaan. Sebagai contoh, bekerja di ruangan yang terlalu sesak atau di lokasi yang selalu terganggu oleh suara bising dapat meningkatkan kecemasan dan stres. Dengan semakin pentingnya layanan pelanggan, pekerjaan yang menuntut faktor emosional bisa menjadi sumber stres.
Tuntutan peran berkaitan dengan tekanan yang diberikan kepada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkannya dalam organisasi. Konflik peran menciptakan ekspektasi yang mungkin sulit untuk diselesaikan atau dipenuhi.
Tuntutan antarpribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan. Tidak adanya dukungan dari kolega dan hubungan antarpribadi yang buruk dapat meyebabkan stres, terutama di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.
Faktor pribadi
Faktor-faktor pribadi terdiri dari masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri seseorang.
Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang sangat mementingkan hubungan keluarga dan pribadi. berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan, dan kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak adalah beberapa contoh masalah hubungan yang menciptakan stres.
Masalah ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang adalah kendala pribadi lain yang menciptakan stres bagi karyawan dan mengganggu konsentrasi kerja karyawan. Studi terhadap tiga organisasi yang berbeda menunjukkan bahwa gejala-gejala stres yang dilaporkan sebelum memulai pekerjaan sebagian besar merupakan varians dari berbagai gejala stres yang dilaporkan sembilan bulan kemudian. Hal ini membawa para peneliti pada kesimpulan bahwa sebagian orang memiliki kecenderungan kecenderungan inheren untuk mengaksentuasi aspek-aspek negatif dunia secara umum. Jika kesimpulan ini benar, faktor individual yang secara signifikan memengaruhi stres adalah sifat dasar seseorang. Artinya, gejala stres yang diekspresikan pada pekerjaan bisa jadi sebenarnya berasal dari kepribadian orang itu.
 II.      Tipe stres psikologis
a.    Tekanan
Menurut Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, tekanan adalah suatu sifat atau atributif dari suatu objek lingkungan atau orang yang memudahkan atau menghalangi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan tertentu. Contohnya, Ani adalah anak yang aktif baik dalam bidang akademik maupun sosial, Ani memiliki cita-cita sebagai sosialita, sehingga ia berkehendak untuk mengikuti segala kegiatan, tetapi orang tuanya menentang sebab orang tuanya takut kalau nanti Ani terseret dalam pergaulan bebas. Dan karena tujuan yang ia rintis tidak dapat terlaksana Ani justru menjadi sangat tertekan sehingga ia memilih memisahkan diri “pendiam”. 
b.    Frustasi
Menurut Siswanto, frustasi terjadi bila antara harapan yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi tidak sesuai.
Menurut Atkinson, dkk, frustasi terjadi bila gerak arah tujuan yang diinginkan terhambat atau tertunda. Contohnya adalah Dewa adalah seorang mahasiswa yang berambisius untuk mendapatkan nilai IPK tertinggi diantara teman-temannya, tetapi ketika nilai sudah keluar Dewa tidak mendapatkan nilai IPK yang ia inginkan, sehingga ia frustasi dan memaki dirinya sendiri serta menghukum dirinya.
c.    Konflik
Sumber utama frustasi adalah konflik antara dua motif bertentangan (dalam, Pengantar Psikologi, Atkinson dkk.,1983). Misalnya: Seseorang yang baru saja menyelesaikan sekolahnya ditingkat Menengah Atas, kemudian ia dihadapkan oleh dua pilihan yaitu ia ingin menjadi mahasiswa di Universitas diluar negeri,  padahal anak tersebut adalah salah satu anak yang termasuk unggul dalam bidang akademiknya, tetapi orang tuanya tidak mengijinkan justru orang tuanya menyarankan anak tersebut melanjutkan kuliahnya di Universitas tempat Pamannya bekerja sebagai dosen, sehingga menimbulkan konflik bagi si anak tersebut, baik konflik internal (dengan dirinya) maupun eksternal (dengan lingkungan sekitarnya, seperti  keluarga).


d.   Kecemasan
Yang dimaksud dengan kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan istilah-istilah seperti “Kekhawatiran”, “Keprihatinan”, dan “Rasa Takut” yang kadang-kadang kita alami pada tingkatan yang berbeda-beda (dalam,Pengantar Psikologi, Atkinson dkk.,1983).
Orang yang mengalami gangguan kecemasan dilanda ketidakmampuan menghadapi perasaan cemas yang kronis dan intens, perasaan tersebut sangat kuat sehingga mereka tidak mampu berfungsi dalam kehidupan sehari-hari (dalam Psikologi Abnormal: Perspektif Klinisi pada Gangguan Psikologis, Richard P.Halgin dan Susan Krauss, 2010). Contohnya adalah seorang wanita yang berjalan sendirian pada malam hari di tempat yang sepi, dengan cahaya yang remang-remang secara otomatis ia akan merasa takut yang luar biasa bahkan mungkin tingkat kecemasannya menjadi tinggi, karena ia berfikir (biasanya) di malam hari, di temapat yang sepi dapat dijumpai hantu, penjahat dll. Karena fikirannya yang berhalusinasi maka ia akan merasa sangat ketakutan.

III.      Symptom Reducing Responses Terhadap Stres

Lazarus membagi koping menjadi dua jenis, yaitu (dalam Kesehatan Mental: Konsep, Cangkupan, dan Perkembangannya, 2007):

1. Tindakan Langsung (Direct Action)

Yaitu setiap usaha tingkah laku yan dijalankan oleh individu untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau tantangan dengan cara mengubah hubungan yang bermasalah dengan lingkungan. Hal ini terfokuskan terhadap masalah artinya seseorang ketika menghadapi konflik-stres agar dapat mencari tahu sebab-musabab mengapa ia menjadi stres dan apa yang ia rasakan kemudian ia hubungkan terhadap lingkungan, bagaimana efeknya untuk lingkungan, jika yang terjadi adalah menjadi semakin kompleks, maka kita harus mengubah pandangan stres kita dengan melakukan pengalihan, contohnya setelah ditinggalkan oleh pacarnya Mitha merasa kecewa dan sedih sehingga mempengaruhi moodnya terhadap lingkungannya, karena moodnya sedang buruk ia terlihat lebih sensitif lalu orang-orang menjauhinya (tidak ingin membuat Mitha semakin marah), karena ketidak stabilan moodnya yang merugikan dirinya, maka Mitha bangkit dari rasa sedihnya, da Mitha kembali ceria seperti sedia kala.

2. Peredaran atau Peringanan (Palliation)

Jenis koping ini mengacu pada mengurangi atau menghilangkan atau menoleransi tekanan-tekanan kebutuhan atau fisik, motorik atau gambaran afeksi dari tekanan emosi yan dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah. Pada jenis koping ini bertitik fokus pada emosi yang ditimbulkan dari lingkunga. Contohnya, dahulu ketika Mia bersekolah Mia selalu masuk dalam sekolah negeri dan ketika ia berkuliah Mia tidak dapat masuk dalam peruruan tinggi negeri sehingga ia melanjutkan ke perguruan tinggi swasta, akhirnya Mia menjadi sedih, dan sangat kecewa, akhirnya untuk menghilangkan rasa kecewanya Mia berusaha menerima kenyataannya kemudian demi menenangkan dirinya sendiri Mia selalu (terkadang) berkhayal bahwa Mia sedan berkuliah di perguruan tinggi negeri.

IV.      Pendekatan Problem Solving Terhadap Stres

Dalam Siswanto dijelaskan dalam menangani stres yaitu menggunakan metode Biofeedback, tekhniknya adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stres kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit sebagai feedback. Tetapi jika teman-teman tahu tentang hipno-self, teman-teman cukup menghipnotis diri sendiri dan melakukan sugesti untuk diri sendiri, cara ini lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita sendiri. Dan jika teman-teman ingin melakukan hipno-self, utamanya adalah tempat harus nyaman dan tenang, dan teman-teman cukup membangkitkan apa yang menyebabkan teman-teman stres, cari tahu gejalanya hingga akar dari masalah tersebut, kemudian berikan sugesti-sugesti yang positif, InsyaAllah cara ini akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara spiritual (mengarah kepada Tuhan Semesta Alam).

Sumber :
Munandar, Ashar Sunyoto. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press).