Jumat, 10 Januari 2014

Komunikasi dalam Manajemen

Tulisan 15
Definisi Komunikasi Interpersonal Efektif
Komunikasi interpersonal oleh Devito dalam Liliweri (1991, 112) didefinisikan sebagai pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik secara langsung. Selanjutnya bahwa komunikasi interpersonal, individu selain menunjukkan perhatian juga menunjukkan seberapa jauh perhatian itu diberikan. Semakin besar interaksi interpersonal yang ada menunjukkan semakin besar perhatian seseorang pada orang lain yang diajak komunikasi, sebaliknya semakin sedikit komunikasi interpersonal yang terjadi semakin kecil orang memperhatikannya.
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terkandung dalam tatap muka dan saling mempengaruhi, mendengarkan, menyampaikan pernyataan, keterbukaan, kepekaan yang merupakan cara paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat dan perilaku seseorang dengan efek umpan balik secara langsung.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal
Menurut Lunandi (1994, 85) ada enam faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Citra Diri (Self Image) 
Setiap manusia merupakan gambaran tertentu mengenai dirinya, status sosialnya, kelebihan dan kekurangannya. Dengan kata lain citra diri menentukan ekspresi dan persepsi orang. Manusia belajar menciptakan citra diri melalui hubungannya dengan orang lain, terutama manusia lain yang penting bagi dirinya.
2. Citra Pihak Lain (The Image of The Others) 
Citra pihak lain juga menentukan cara dan kemampuan orang berkomunikasi. Di pihak lain, yaitu orang yang diajak berkomunikasi mempunyai gambaran khas bagi dirinya. Kadang dengan orang yang satu komunikatif lancar, tenang, jelas dengan orang lainnya tahu-tahu jadi gugup dan bingung. Ternyata pada saat berkomunikasi dirasakan campur tangan citra diri dan citra pihak lain.
3. Lingkungan Fisik
Tingkah laku manusia berbeda dari satu tempat ke tempat lain, karena setiap tempat ada norma sendiri yang harus ditaati. Disamping itu suatu tempat atau disebut lingkungan fisik sudah barang tentu ada kaitannya juga dengan kedua faktor di atas.

4. Lingkungan Sosial
Sebagaimana lingkungan, yaitu fisik dan sosial mempengaruhi tingkah laku dan komunikasi, tingkah laku dan komunikasi mempengaruhi suasana lingkungan, setiap orang harus memiliki kepekaan terhadap lingkungan tempat berada, memiliki kemahiran untuk membedakan lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain.
5. Kondisi
Kondisi fisik punya pengaruh terhadap komunikasi yang sedang sakit kurang cermat dalam memilih kata-kata. Kondisi emosional yang kurang stabil, komunikasinya juga kurang stabil, karena komunikasi berlangsung timbal balik. Kondisi tersebut bukan hanya mempengaruhi pengiriman komunikasi juga penerima. Komunikasi berarti peluapan sesuatu yang terpenting adalah meringankan kesesalan yang dapat membantu meletakkan segalanya pada proporsi yang lebih wajar.
6. Bahasa Badan
Komunikasi tidak hanya dikirim atau terkirim  melalui kata-kata yang diucapkan. Badan juga merupakan medium komunikasi yang kadang sangat efektif kadang pula dapat samar. Akan tetapi dalam hubungan antara orang dalam sebuah lingkungan kerja tubuh dapat ditafsirkan secara umum sebagai bahasa atau pernyataan.
Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal
Rakhmat (1988, 75) menyatakan dalam komunikasi interpersonal selain melibatkan dua orang yang bertatap muka, ada beberapa aspek  penting yang mendukung keberhasilan komunikasi interpersonal, yaitu :
1. Rasa Percaya
Dengan adanya rasa percaya ini menjadikan orang lain terbuka dalam mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap individu, sehingga akan terjalin hubungan yang akrab dan berlangsung secara mendalam. 
2. Sikap Suportif 
Yang akan tampak dalam sikap ini adalah sebagai berikut :
·         Deskripsi, artinya penyampaian perasaan dan persepsi tanpa menilai.
·         Orientasi masalah adalah mengkomunikasikan keinginan untuk bekerja sama mencari pemecahan masalah. 
·         Spontanitas, yaitu sikap jujur dan tidak mau menyelimuti motif yang terpendam.
·         Empati adalah merasakan apa yang dirasakan orang lain.
·         Persamaan adalah sikap yang menganggap sama derajatnya, menghargai dan menghormati perbedaan pandangan dan keyakinan yang ada.
·         Profesionalisme adalah kesediaan untuk meninjau kembali pendapatnya dan bersedia mengakui kesalahan.
3. Sikap Terbuka
Sikap terbuka amat besar pengaruhnya dalam berkomunikasi yang efektif. Adapun karakteristik orang terbuka, sebagai berikut :
·         Menilai pesan secara objektif.
·         Berorientasi pada isi.
·         Mencari informasi dari berbagai sumber.
·         Lebih bersifat profesional dan bersedia merubah kepercayaan.
·         Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaan. 
Devito dalam Rakhmat (1988, 171) mengemukakan adanya lima aspek komunikasi interpersonal yang efektif, yaitu :
·         Keterbukaan (Openess)
·         Empati (Empathy)
·         Dukungan (Supportness)
·         Rasa Positif (Positiveness)
·         Kesamaan (Equality)
Berdasarkan uraian di atas, dapat mengambil kesimpulan bahwa aspek-aspek komunikasi interpersonal adalah kemampuan untuk mengirim pesan-pesan kepada orang lain secara akrab, dialogis, saling memahami, saling pengertian dengan efek dan umpan balik langsung. Melalui komunikasi ini diharapkan dapat mengubah sikap, pendapat dan prilaku seseorang.
Model Pengolahan Informasi
Model pemrosesan informasi ditekankan pada pengambilan, penguasaan, dan pemrosesan informasi. Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif peserta didik. Model ini didasari oleh teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan peserta didik memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan Informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan visual.
Adapun implikasi teori belajar kognitif (Piaget) dalam pembelajaran diantaranya seperti di bawah ini:
a. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru hendaknya menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak. Anak akan dapat belajar dengan baik apabila ia mampu menghadapi lingkungan dengan baik.
b. Guru harus dapat membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan belajar sebaik mungkin (fasilitator, ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani).
c. Bahan yang harus dipelajari hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing dan berilah peluang kepada anak untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya.
d. Di kelas, berikan kesempatan pada anak untuk dapat bersosialisi dan berdiskusi sebanyak mungkin.
Model Interaktif Manajemen
Prinsif Model Interaktif manajemen

Keseluruhan proses manajemen dibangun berdasarkan hubungan ikatan kepercayaan yang membutuhkan keterbukaan dan kejujuran baik dari pihak manajer maupun pekerja. Bawahan menurut /melakukan pekerjaannya, bukan karena mereka dibuat seperti itu, tetapi karena mereka merasa mengerti oleh manajer dan memahami masalahnyaPekerja bekerja keras untuk membuat keputusan yang benar. Mereka merasa tidak suka dimanipulasi, dikontrol, atau dibujuk untuk membuat keputusan bahkan jika keputusan itu yang akhirnya mereka buat. Jangan memecahkan masalah bawahan. Mereka akan merasa tidak menyukai solusi tersebut, dan jika anda sebagai manajer memperkenalkan solusinya, mereka akan tidak menyukai anda. Tunjukan masalahnya jangan pecahkan. Biarkan bawahan memecahkan masalah-masalah mereka dengan bantuan anda.

Sumber :
Liliweri, 1991, Behaviour in Organization : Understanding and Managing the Human Side of Work, Allyn and Bacon, Orlando.
Lunandi, A.G., 1994, Komunikasi Mengenai : Meningkatkan Efektivitas Komunikasi antar Pribadi, Kanisius, Yogyakarta. 

Rakhmat,1988, Psikologi Komunikasi, CV. Remaja Karya, Bandung.

Rabu, 08 Januari 2014

Empowerment, Stress, dan Konflik

Tulisan 12

Definisi Empowerment
Pemberdayaan dalam  arti sempit, yang berkaitan dengan sistem pengajaran antara lain dikemukakan oleh Merriam Webster dan Oxford English Dictionary kata”empower” mengandung dua arti. Pengertian pertama adalah  to give power of authority dan pengertian kedua berarti to give ability to or enable. Dalam pengertian pertama diartikan sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuasaan, atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Sedangkan, dalam pengertian kedua, diartikan sebagai upaya untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan.
Empowerment adalah wewenang untuk membuat keputusan dalam suatu area kegiatan operasi tertentu tanpa harus memperoleh pengesahan orang lain (Luthans) dalam Chasanah (2008). Sedangkan Straub dalam Chasanah (2008) mengatakan empowerment sebagai pemberian otonomi, wewenang, kepercayaan, dan mendorong individu dalam suatu organisasi untuk mengembangkan peraturan dalam rangka menyelesaikan pekerjaan. Empowerment  merupakan pemberian tanggung jawab dan wewenang terhadap pekerja untuk mengambil keputusan menyangkut semua pengembangan produk dan pengambilan keputusan. Empowerment juga berarti saling berbagi informasi dan pengetahuan di antara karyawan yang digunakan untuk memahami dan mendukung kinerja organisasi, pemberian penghargaan terhadap kinerja organisasi dan pemberian otonomi dalam pengambilan keputusan yang berpengaruh terhadap organisasi (Ford) dalam Chasanah (2008).
Empowerment merupakan sarana untuk membangun kepercayaan antara karyawan dan manajemen. Ada dua karakteristik dalam  empowerment, pertama bahwa karyawan didorong untuk menggunakan inisiatif mereka sendiri, dan kedua karyawan tidak hanya hanya diberi wewenang saja tetapi juga diberi sumber daya untuk melakukan pengambilan keputusan sesuai dengan kreativitas dan inovasi mereka. Secara tidak langsung karyawan juga didorong untuk melakukan pembelajaran dari hasil keputusan dan pelaksanaannya. 

Kunci efektif Empowerment
Konsep pemberdayaan (empowerment), menurut Friedmann muncul karena adanya dua primise mayor, yaitu “kegagalan” dan “harapan”. Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model pembangunan ekonomi dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan, sedangkan harapan muncul karena adanya alternatif-alternatif pembangunan yang memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan gender, peran antara generasi dan pertumbuhan ekonomi yang memadai. Dengan dasar pandangan demikian, maka pemberdayaan masyarakat erat kaitannya dengan peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan pada masyarakat, sehingga pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan dan pengamalan demokrasi.
Selanjutnya Friedmann dalam Prijono dan Pranaka (1996) menyatakan bahwa kekuatan aspek sosial ekonomi masyarakat menjadi akses terhadap dasar-dasar produksi tertentu suatu rumah tangga yaitu informasi, pengetahuan dan ketrampilan, partisipasi dalam organisasi dan sumber-sumber keuangan, ada korelasi yang positif, bila ekonomi rumah tangga tersebut meningkatk aksesnya pada dasar-dasar produksi maka akan meningkat pula tujuan yang dicapai peningkatan akses rumah tangga terhadap dasar-dasar kekayaan produktif mereka.
Definisi Stress 
Kata stres bermula darai kata latin yaitu “Stringere” yang berarti ketegangan dan tekanan. Stres merupakan suatu yang tidak diharapkan yang muncul karena tingginya suatu tuntutan lingkungan pada seseorang. Keseimbangan antara kemampuan dan kekuatan terganggu. Bilamana stres telah mengganggu fungsi seseorang, dinamakan distress. Distress kebanyakan dirasakan orang jika situasi menekan dirasakan terus-menerus ( tugas yang berat atau tugas yang dikakukan karena tugas dilakukan dengan situasi yang tidak kondusif atau stres yang dilakukan dengan dasar rasa trauma).
Ada beberapa pengertian dari stres yaitu ;
1.   Menurut Robbin,Stres adalah suatu kondisi dinamis dimana seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu tersebut dan hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.
2.       Menurut Michael, Stres merupakan suatu respon adaptif, dimoderasioleh perbedaan individu yang merupakan konsekwensi dai setiaptindakan, situasi, peristiwa dan yang menempatkan tuntutan khususterhadap seseorang

Penyebab orang mengalami stres
Stres yang dialami oleh seseorang biyasanya selalu berkonotasi negatif karena akan mengalami suatu kontra produktif. Stres sendiri dapat juga membantu proses mengingat yang dialami dalam jangka pendek dan tidak terlalu kompleks. Stres bisa meningkatkan glokosa yang menuju ke otak, yang memberikan energi lebih kepada neuron. Hal dapat mendorong untuk meningkatkan pembentukan dan pengembalian ingatan. Disisi lain jika stres dilakukan secara terus menerus, akan menyebabkan terhambatnya pengiriman glukosa ke otak yang mengakibatkan rendahnya daya ingat manusia.
Adapun hal-hal yang menjadi sumber penyebab terjadinya stress adalah sebagai berikut:
1)      Faktor Lingkungan
Ketidakpastian Ekonomi, misalnya orang merasa cemas terhadap kelangsungan pekerjaan mereka. Ketidakpastian  Politik, misalnya adanya peperangan akibat perebutan kekuasaan. Perubahan Teknologi, misalnya dengan adanya alat-alat eletronik dll, munculnya bom dimana-mana.
2)      Faktor Organisasional
Tuntutan Tugas, misalnya desain pekerjaan individual, kondisi pekerjaan, dan tata letak fisik  pekerjaan. Tuntutan Peran, misalnya ada peran beban yang berlebihan dalam organisasi. Tuntutan Antarpersonal, misalnya tidak adanya dukungan dari pihak tertentu atau terjain hungan yang buruk.
3)      Faktor personal.
Persoalan Keluarga, misalnya kesulitan dalam mencari nafkah dan retaknya hubungan keluarga. Persoalan Ekonomi, misalnya apa yang dimilikinya tidak memenuhi apa yang didambakan. Berasal dari kepribadiannya sendiri.
Dari berbagai masalah yang telah disebutkan tadi baik dari masalah yang hadapi secara personal, organisasi, dan lingkungan. Hal semacam itu yang sangat tidak diharapkan setiap orang dalam segala kondisi apapun, terutama dalam pekerjaan. Organisasi pun sangat tidak menginginkan setiap anggotanya mengalami masalah tersebut. Oleh karena itu peran sebagai pemimpin atau manajer sangat berperan supaya bisa menyelesaikan masalah tersebut agar tidak mengganggu organisasi.

Manajemen stres atau cara mengatasi stress

Ada dua pendekatan dalam manajemen stres, yaitu:
1.      Pendekatan Individual
a.       Penerapan manajemen waktu
Pengaturan waktu yang sangat tepat akan menjamin seseorang tidak akan menjadi stres. Dikarenaka setiap orang pastinya memiliki rasa lelah yang sangat besar dan perlukan pembagian waktu untuk istirahat dan merelaksasikan tubuh dari kepadatan jadwal kerja. Pola pembagian waktu yang baik antar waktu bekerja, beridah, dan waktu istirahat. Waktu bekerja antara jm7 pagi sampai jm6 sore, setelah itu kemungkinan daya tingkat kejenuhan seseorang akan meningkat disaat itulah diperlukan istirahat yang cukup untuk mengembalikan rasa lelah.
b.      Penambahan waktu olah raga
Dalam tubuh manusia diperluakan olah raga yang dapat mengatur dan merangsang syaraf motorik dan otot-otot sehingga membuat badan kita menjadi bugar. Ketahanan fisik yang dimiliki pun akan semakin baik. Olah raga pun bisa dilakukan seminggu 3 kali atau 1 minggu sekali. Bisa dengan joging di pagi atau di sore hari, cukup melakukan olah raga yang ringan.
c.       Pelatihan relaksasi
Setelah melakukan kerja yang cukup padat dan banyak, tentunya membuat tubuh menjadi lelah dan diperlukan relaksasi yang membantu menenangkan tubuh yang tegang menjadi relaks. Merefres otak yang sudah di pakai untuk bekerja setiap hari. Cara yang ampuh dalam relaksasi bisa dengan mendengarkan musik atau menonton film sambil bersantai. Namun ada juga yang malakukan meditasi atau yoga.
d.      Perluasan jaringan dukungan social
Berhubungan dengan banyak orang memang sanagt diperlukan. Selain dengan mempermudah dalam pekerjaan, dengan memiliki banyak jaringan pertemanan juga bisa kita manfaatkan sebagi tempat berbagi dalam memecahkan masalah yang di alami. Terkadang setiap orang hal seperti ini sangat diperlukan sekali. Karena itu manusia adalah makhluk sosial yang saling butuh membutuhkan.

2.      Pendekatan Organisasional
a.       Menciptakan iklim organisasional yang mendukung.
Banyak organisasi besar saat ini cenderung memformulasi struktur birokratik yang tinggi yang menyertakan infleksibel. Ini dapat membawa stres kerja yang sungguh-sungguh. Strategi pengaturan mungkin membuat struktur lebih desentralisasi dan organik dengan membuat keputusan partisipatif dan aliran keputusan ke atas. Perubahan struktur dan proses struktural mungkin akan menciptakan iklim yang lebih mendukun bagi pekerja, memberikan mereka lebih banyak kontrol terhadap pekerjaan mereka, dan mungkin akan mencegah atau mengurangi stres kerja mereka.
b.      Adanya penyeleksian personel dan penempatan kerja yang lebih baik.
Pada dasarnya kemampuan ilmun atau skil yang dimiliki oleh seyiap orang mungkin akan berbede satu dengan yang lainnya. Penempatan kerja yang sesuai dengan keahlian sangat menunjang sekali terselesaikannya suatu pekerjaan. Penyesuaiaan penempatan yang baik dan penseleksian itu yang sangat diperluakan suatu perusahaan atau organisasi agar setiap tujuan dapat tercapai dengan baik. Seperti halnya seorang petani yang tidak tahu bagaimana seorang nelayan yang mencari ikan, tentunya akan kesulitan.
c.       Mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran organisasional.
Konflik dalam sebuah organisasi mungkin adalah hal yang wajar dan mungkin sering juga terjadi. Konflik apapun yang terjedi tentunya akan menimbulkan ketidak jelasan peran suatu organisasional tersebut. Mengidentifikasi konflik penyebab stres itu sangat diperlukan guna mengurangi atau mencegah stres itu sendiri. Setiap bagian yang dikerjakan membutuhkan kejelasan atas setiap konflik sehingga ambigious itu tidak akan terjadi. Peran organisasi itu yang bisa mengklarifikasikan suatu konflik yang terjadi sehingga terjadilah suatu kejelasan dan bisa menegosiasikan konflik.
d.      Penetapan tujuan yang realistis.
Setiap organisasi pastinya memiliki suatu tujuan yang pasti. Baik bersifat profit maupun non profit. Namun tujuan organisasi itu harus juga bersifat real sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Kemampuan suatu organisasi dapat dilihat dari skli yang dimiliki oleh setiap orang anggotanya. Dengan tujuan yang jelas dan pasti tentunya juga sesuai dengan kemampuan anggotanya maka segala tujuan pasti akan tercapai pula. Namun sebaliknya jika organisasi tidak bersikap realistis dan selalu menekan anggotanya tanpa adanya kordinasi yang jelas stres itu akan timbul.
e.       Pendesainan ulang pekerjaan.
Stres yang terjadi ketika bekerja itu kemungkina terjadi karena faktor kerjaan yang sangat berat dan menumpuk. Cara menyikapi dan mengatur program kerja yang baik adalah membuat teknik cara pengerjaannya. Terkadang setiap orang mengerjakan pekerjaan yang sulit terlebih dahulu dari pada yang mudah. Seseorang akan terasa malas dan enggan untuk mengerjakan pekerjaannya ketika melihat tugas yang sudah menumpuk maka akan timbul stres. Strategi yang dilakukan adalah melakukan penyusunan pekerjaan yang muadah terlebih dahulu atau pekerjaan yang dapat dikerjakan terlebih dahulu. Sedikit demi sedikit pekerjaan yang menumpuk pun akan terselesaikan. Dengan kata lain stres pun bisa dihindari dan bisa dikurangi.
f.       Perbaikan dalam komunikasi organisasi.
Komunikasi itu sangatlah penting sekali dalam berorganisasi. Komunikasi dapat mempermudah kerja seseorang terutama dalam team work. Sesama anggota yang tergabung dalam satu kelompok selalu berkordinasi dan membicarakan program yang akan dilakukan. Komunikasinya pun harus baik dan benar. Perbedaan cara kordinasi dan instruksi ke atasan mau pun bawahan. Sering sekali terjadi kesalahan dan tidak mampu menempatkan posisi dan jabatan sehingga terjadi kesalahan dalam mengkomunikasikan.
g.      Membuat bimbingan konseling.
Bimbingan konseling ini bisa dirasakan cukup dalam mengatasi stres. Konseling yang dilakukan kepada psikolog yang lebih kompeten dalam masalah kejiwaan seseorang. Psikologis seseorang terganggu sekali ketika stres itu menimpa. Rasa yang tidak tahan dan ingin keluar dari tekanan-tekanan yang dirasakan tentunya akan menambah rasa stres yang dihadapinya. Konseling dengan psikolog sedikitnya mungking bisa membantu keluar dari tekanan stres.

Sumber :
Michael, 2006, Perilaku dan Manajemen Organisasi, Jakarta: ERLANGGA.

Kekuasaan dan Pengaruh

Tulisan 10
Pengertian kekuasaan
            Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan kekuasaaan, penulis memberikan beberapa pengertian kekuasaan menurut beberapa ahli kepemimpinan:
”Kekuasaan adalah kapasitas atau kemampuan untuk menghasilkan dampak atau akibat pada orang lain” (House, 1984).
”Kekuasaan adalah potensi untuk mempengaruhi orang lain” (Bass, 1990)
”Kekuasaan  adalah  kemampuan  untuk  mempengaruhi  perilaku  orang  lain,  dan
kemampuan  untuk  mengatasi  (bertahan  dari)  pengaruh  orang  lain  yang  tidak
diinginkan” (Wagner dan Hollenbeck, 2005).
”Kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi perilaku orang
lain, sehingga orang lain tersebut akan berperilaku sesuai dengan yang diharapkan
oleh orang yang memiliki kekuasaan” (Robbins dan Judge, 2007).
Kekuasaan mengandung suatu potensi/kemampuan yang belum tentu efektif jika
dilaksanakan, dan suatu hubungan ketergantungan. Bisa saja seseorang memiliki suatu kekuasaan namun tidak digunakan oleh orang tersebut. Jadi kekuasaan merupakan suatu  kemampuan  atau  potensi  yang  tidak  akan  terjadi  jika  tidak  digunakan  oleh orang  yang  memilikinya. Kekuasaan  juga  merupakan  suatu  fungsi  ketergantungan.
Semakin  besar  ketergantungan  Y  kepada  X,  maka  akan  semakin  besar  kekuasaan
X  dalam  hubungan  tersebut.  Jadi  ketergantungan  didasarkan  pada  alternatif  yang
dipersepsikan  oleh  Y  dan  pentingnya  alternatif  yang  ditempatkan  oleh  Y  untuk
dikendalikan oleh X.

Sumber-sumber kekuasaan
            Sumber kekuasaan biasanya dibagi menjadi dua kelompok besar (Robbins dan Judge,


2007), yaitu:
1.  Sumber kekuasaan antar individu (interpersonal sources of power).
a)  Kekuasaan Formal (Formal Power) adalah kekuasaan yang didasarkan pada

posisi individual dalam suatu organisasi. Kekuasaan ini dapat berasal dari:

i)  Kemampuan untuk memaksa (coercive power),
ii)  Kemampuan untuk memberi imbalan (reward power)

iii)  Kekuatan formal (legitimate power).


b)  Kekuasaan  Personal  (Personal  Power)  adalah  kekuasaan  yang  berasal  dari karakteristik  unik  yang  dimiliki  seorang  individu.  Kekuasaan  ini  dapat  berasal dari:

i)  Kekuasaan karena dianggap ahli (Expert Power)
ii)  Kekuasaan karena dijadikan contoh (Referent Power)

2.  Sumber  kekuasaan struktural  (structural  sources  of  power).  Kekuasaan  ini  juga dikenal  dengan  istilah  inter-group  atau  inter-departmental  power  yang  merupakan sumber kekuasaan kelompok.

Definisi Pengaruh

NORMAN BARRY
Pengaruh adalah suatu tipe kekuasaan yang jika seorang yang dipengaruhi agar bertindak dengan cara tertentu, dapat dikatakan terdorong untuk bertindak demikian, sekalipun ancaman sanksi yang terbuka tidak merupakan motivasi yang mendorongnya
ALBERT R. ROBERTS & GILBERT
Pengaruh adalah wajah kekuasaan yang diperoleh oleh orang ketika mereka tidak memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan

Pengaruh Taktik Organisasi
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Selain menggunakan kekuasaan,  ada  berbagai  cara  yang  dapat  digunakan  oleh  orang  yang  berada  dalam organisasi  untuk  mempengaruhi  orang  lain.  Taktik-taktik  mempengaruhi  (Influence Tactics)  adalah  cara-cara  yang  biasanya  digunakan  oleh  seseorang  untuk  mempengaruhi  orang  lain, baik  orang  yang  merupakan  atasan,  setingkat,  atau  bawahannya. Dengan mengetahui dan menggunakan hal ini, maka seseorang dapat mempengaruhi orang lain, dengan tidak menggunakan kekuasaan yang dimilikinya.
Kipnis dan Schmidt adalah peneliti yang pertama kali meneliti taktik-taktik yanbiasa digunakan orang untuk mempengaruhi orang lain. (Kipnis dan Schmidt, 1982)Berbagai alat ukur telah dibuat untuk meneliti taktik mempengaruhi, dan salah satyang terbaik adalah yang dibuat oleh Yukl dkk, yaitu yang disebut Influence BehavioQuestionnaire (Yukl, Lepsinger, and Lucia, 1992). Hasil penelitian Yukl dkk, menunjukkan ada sembilan jenis taktik yang biasa digunakan di dalam organisasi (Hugheet all, 2009), yaitu:


1.  Persuasi  Rasional  (Rational  Persuasion), terjadi  jika  seseorang  mempengaruhi


orang  lain  dengan  menggunakan  alasan  yang  logis  dan  bukti-bukti  nyata  agar


orang lain tertarik.


2.  Daya-tarik Inspirasional (Inspirational Appeals), terjadi jika seseorang mempen-


garuhi  orang  lain  dengan  menggunakan  suatu  permintaan  atau  proposal  untuk


membangkitkan antusiasme atau gairah pada orang lain. Misalnya dengan mem-


berikan penjelasan yang menarik tentang nilai-nilai yang diinginkan, kebutuhan,


harapan, dan aspirasinya.


3.  Konsultasi  (Consultation), terjadi  jika  seseorang  mempengaruhi orang lain de


ngan mengajak dan melibatkan orang yang dijadikan target untuk berpartisipasi


dalam pembuatan suatu rencana atau perubahan yang akan dilaksanakan.


4.  Mengucapkan  kata-kata  manis  (Ingratiation),  terjadi  jika  seseorang  mempen-


garuhi orang  lain dengan menggunakan kata-kata  yang membahagiakan, memberikan


pujian, atau sikap bersahabat dalam memohon sesuatu.


5.  Daya-tarik  Pribadi  (Personal  Appeals),  terjadi  jika  seseorang  mempengaruhi


orang lain atau memintanya untuk melakukan sesuatu karena merupakan teman


atau karena dianggap loyal.


6.  Pertukaran (Exchange), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan


memberikan  sesuatu  keuntungan  tertentu  kepada  orang  yang  dijadikan  target,


sebagai imbalan atas kemauannya mengikuti suatu permintaan tertentu.


7.  Koalisi (Coalitions), terjadi jika seseorang meminta bantuan dan dukungan dari


orang lain untuk membujuk atau sebagai alasan agar orang yang dijadikan target


setuju.


8.  Tekanan  (Pressure),  terjadi  jika  seseorang  mempengaruhi  orang  lain  dengan


menggunakan ancaman, peringatan, atau permintaan yang berulang-ulang dalam


meminta sesuatu.


9.  Mengesahkan (Legitimacy), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain de-


ngan menggunakan jabatannya, kekuasaannya, atau dengan mengatakan bahwa


suatu permintaan adalah sesuai dengan kebijakan atau aturan organisasi.


Dalam kenyataan, biasanya orang menggunakan beberapa taktik secara sekaligus. Misalnya seseorang menggunakan Ingratiation dikombinasikan dengan Rational Persuasion dan Exchange atau Personal Appeals.

Sumber :

Marianti Merry Maria. 2011. Kekuasaan dan Taktik Mempengaruhi Orang lain Dalam Organisasi. Center for Business Studies. FISIP – Unpar. 7 (1): 45–58.