Stres
Sebelum membahas apa itu stres, pasti
kalian sudah tau kan stres itu apa ? Setiap orang mengalami stres dengan
tingkatan dan masalah stres yang berbeda-beda. Yuk, mari kita lanjut pembahasan
mengenai Stres..
I.
Arti
penting stres
Stress sendiri dalam artian Psikologis adalah sebuah reaksi spesifik bagi individu terhadap
stressor , atau ancaman dan tuntutan yang datang dari diri sendiri ( dalam )
maupun dari luar individu tersebut mencoba untuk“survive”.
Stress itu sendiri adalah sebuah hal yang
sangat wajar dan bahkan sudah pasti ditemui atau sudah didapati dari mayoritas
umat manusia di dunia. Keadaan tersebut dikarenakan adanya berbagai faktor yang
mempengaruhi otak / pikiran atau mental dari seseorang tersebut , seperti
yang dijelaskan sebelumnya stress itu karena adanya tekanan dan ancaman atau
bersifat mengganggu mental dan pikiran seseorang.
Ø Pengertian
stres
Stress adalah
bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan
ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat
produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya,
stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress
disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut
strain.
Menurut Selye (Bell, 1996) stress diawali dengan reaksi waspada (alarm
reaction) terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara
otomatis, seperti: meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan
reaksi penolakan terhadap stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga
(exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan.
Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stress
juga dapat diartikan sebagai:
- Stimulus, yaitu stress merupakan kondisi atau
kejadian tertentu yang menimbulkan stress atau disebut juga dengan
stressor.
- Respon, yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi
individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan
stress. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: takut, cemas,
sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
- Proses, yaitu stress digambarkan sebagai suatu
proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stress
melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Jadi, stress dapat mempengaruhi fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi,
stress dapat mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif ataupun positit,
tergantung bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi stress atau bagaimana
individu tersebut mempersepsikan stress yang sedang dihadapinya.
Ø Efek-efek
Stres
Efek Umum
Stress
|
||
Pada Tubuh
|
Pada
Perasaan
|
Pada
Perilaku
|
· Sakit kepala
· Ketegangan atau nyeri otot
· Nyeri dada
· Kelelahan
· Perubahan dalam gairah seks
· Gangguan perut
· Masalah Tidur
|
· Kecemasan
· Gelisah
· Kurangnya motivasi atau fokus
· Lekas marah
· Kesedihan atau depresi
|
· Kurang nafsu makan atau malah makan
berlebihan
· Kemarahan yang meledak ledak
· Penyalahgunaan obat atau alkohol
· Penarikan sosial
· Merokok
|
Ø General
Adaptation Syndrom (GAS) – Hans Selye
Selye (dalam Sarafino, 2006) mempelajari akibat yang
diperoleh bila stressor terus menerus muncul. Ia mengembangkan istilah General
Adaptation Syndrome (GAS) yang
terdiri atas rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap stressor yaitu:
1.
Fase reaksi yang mengejutkan ( alarm reaction )
Pada fase ini individu secara fisiologis merasakan adanya
ketidakberesan
seperti jantungnya berdegup, keluar keringat dingin, muka
pucat, leher tegang,
nadi bergerak cepat dan sebagainya. Fase ini merupakan
pertanda awal orang
terkena stres.
2.
Fase perlawanan (Stage of Resistence )
Pada fase ini tubuh membuat mekanisme perlawanan pada stres,
sebab pada
tingkat tertentu, stres akan membahayakan. Tubuh dapat
mengalami disfungsi,
bila stres dibiarkan berlarut-larut. Selama masa perlawanan
tersebut, tubuh
harus cukup tersuplai oleh gizi yang seimbang, karena tubuh
sedang
melakukan kerja keras.
3.
Fase Keletihan ( Stage of Exhaustion )
Fase disaat orang sudah tak mampu lagi melakukan perlawanan.
Akibat yang
parah bila seseorang sampai pada fase ini adalah penyakit
yang dapat
menyerang bagian – bagian tubuh yang lemah.
Ø Faktor
inividual dan sosial- penyebab stres
Faktor lingkungan
Selain memengaruhi desain struktur sebuah organisasi,
ketidakpastian lingkungan juga
memengaruhi tingkat stres para karyawan dan organisasi.
Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi, misalnya,
ketika kelangsungan pekerjaan terancam maka seseorang mulai khawatir ekonomi
akan memburuk.
Faktor organisasi
Banyak faktor di dalam organisasi yang dapat
menyebabkan stres. Tekanan untuk menghindari kesalahaan atau menyelesaikan
tugas dalam waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu
menuntut dan tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah
beberapa di antaranya. Hal ini dapat mengelompokkan faktor-faktor ini menjadi
tuntutan tugas, peran, dan antarpribadi.
Tuntutan tugas adalah faktor yang terkait dengan
pekerjaan seseorang. Tuntutan tersebut meliputi desain pekerjaan
individual, kondisi kerja, dan tata letak fisik pekerjaan. Sebagai contoh,
bekerja di ruangan yang terlalu sesak atau di lokasi yang selalu terganggu oleh suara bising dapat
meningkatkan kecemasan dan stres. Dengan semakin pentingnya layanan
pelanggan, pekerjaan yang menuntut faktor emosional bisa menjadi sumber stres.
Tuntutan peran berkaitan dengan tekanan yang diberikan
kepada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkannya
dalam organisasi. Konflik peran
menciptakan ekspektasi yang mungkin sulit untuk diselesaikan atau dipenuhi.
Tuntutan antarpribadi adalah tekanan yang diciptakan
oleh karyawan. Tidak adanya dukungan dari kolega dan hubungan antarpribadi yang
buruk dapat meyebabkan stres, terutama di antara para karyawan yang memiliki
kebutuhan sosial yang tinggi.
Faktor pribadi
Faktor-faktor pribadi terdiri dari masalah keluarga, masalah ekonomi
pribadi, serta kepribadian dan karakter
yang melekat dalam diri seseorang.
Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa
orang sangat mementingkan hubungan keluarga dan pribadi.
berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan, dan kesulitan
masalah disiplin dengan anak-anak adalah beberapa
contoh masalah hubungan yang menciptakan stres.
Masalah ekonomi karena pola hidup yang lebih besar
pasak daripada tiang adalah kendala pribadi lain yang menciptakan stres bagi
karyawan dan mengganggu konsentrasi kerja karyawan. Studi terhadap tiga organisasi yang berbeda
menunjukkan bahwa gejala-gejala stres yang dilaporkan sebelum memulai pekerjaan
sebagian besar merupakan varians dari berbagai gejala stres yang dilaporkan
sembilan bulan kemudian. Hal ini membawa para peneliti pada kesimpulan bahwa
sebagian orang memiliki kecenderungan kecenderungan inheren untuk
mengaksentuasi aspek-aspek negatif dunia secara umum. Jika kesimpulan ini benar,
faktor individual yang secara signifikan memengaruhi stres adalah sifat dasar
seseorang. Artinya, gejala stres yang diekspresikan pada pekerjaan bisa jadi
sebenarnya berasal dari kepribadian orang itu.
II.
Tipe stres psikologis
a. Tekanan
Menurut
Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, tekanan adalah suatu sifat atau atributif
dari suatu objek lingkungan atau orang yang memudahkan atau menghalangi
usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan tertentu. Contohnya, Ani adalah anak
yang aktif baik dalam bidang akademik maupun sosial, Ani memiliki cita-cita
sebagai sosialita, sehingga ia berkehendak untuk mengikuti segala kegiatan,
tetapi orang tuanya menentang sebab orang tuanya takut kalau nanti Ani terseret
dalam pergaulan bebas. Dan karena tujuan yang ia rintis tidak dapat terlaksana
Ani justru menjadi sangat tertekan sehingga ia memilih memisahkan diri
“pendiam”.
b. Frustasi
Menurut
Siswanto, frustasi terjadi bila antara harapan yang diinginkan dan kenyataan
yang terjadi tidak sesuai.
Menurut
Atkinson, dkk, frustasi terjadi bila gerak arah tujuan yang diinginkan
terhambat atau tertunda. Contohnya adalah Dewa adalah seorang mahasiswa yang
berambisius untuk mendapatkan nilai IPK tertinggi diantara teman-temannya,
tetapi ketika nilai sudah keluar Dewa tidak mendapatkan nilai IPK yang ia
inginkan, sehingga ia frustasi dan memaki dirinya sendiri serta menghukum
dirinya.
c. Konflik
Sumber
utama frustasi adalah konflik antara dua motif bertentangan (dalam, Pengantar
Psikologi, Atkinson dkk.,1983). Misalnya: Seseorang yang baru saja
menyelesaikan sekolahnya ditingkat Menengah Atas, kemudian ia dihadapkan oleh
dua pilihan yaitu ia ingin menjadi mahasiswa di Universitas diluar
negeri, padahal anak tersebut adalah salah satu anak yang termasuk unggul
dalam bidang akademiknya, tetapi orang tuanya tidak mengijinkan justru orang
tuanya menyarankan anak tersebut melanjutkan kuliahnya di Universitas tempat
Pamannya bekerja sebagai dosen, sehingga menimbulkan konflik bagi si anak
tersebut, baik konflik internal (dengan dirinya) maupun eksternal (dengan
lingkungan sekitarnya, seperti keluarga).
d. Kecemasan
Yang
dimaksud dengan kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai
dengan istilah-istilah seperti “Kekhawatiran”, “Keprihatinan”, dan “Rasa Takut”
yang kadang-kadang kita alami pada tingkatan yang berbeda-beda (dalam,Pengantar
Psikologi, Atkinson dkk.,1983).
Orang yang
mengalami gangguan kecemasan dilanda ketidakmampuan menghadapi perasaan cemas
yang kronis dan intens, perasaan tersebut sangat kuat sehingga mereka tidak
mampu berfungsi dalam kehidupan sehari-hari (dalam Psikologi Abnormal:
Perspektif Klinisi pada Gangguan Psikologis, Richard P.Halgin dan Susan
Krauss, 2010). Contohnya adalah seorang wanita yang berjalan sendirian pada
malam hari di tempat yang sepi, dengan cahaya yang remang-remang secara
otomatis ia akan merasa takut yang luar biasa bahkan mungkin tingkat
kecemasannya menjadi tinggi, karena ia berfikir (biasanya) di malam hari, di
temapat yang sepi dapat dijumpai hantu, penjahat dll. Karena fikirannya yang
berhalusinasi maka ia akan merasa sangat ketakutan.
III. Symptom Reducing Responses Terhadap
Stres
Lazarus membagi koping menjadi dua
jenis, yaitu (dalam Kesehatan Mental: Konsep, Cangkupan, dan
Perkembangannya, 2007):
1. Tindakan Langsung (Direct Action)
Yaitu setiap usaha tingkah laku yan
dijalankan oleh individu untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau
tantangan dengan cara mengubah hubungan yang bermasalah dengan lingkungan. Hal
ini terfokuskan terhadap masalah artinya seseorang ketika menghadapi
konflik-stres agar dapat mencari tahu sebab-musabab mengapa ia menjadi stres
dan apa yang ia rasakan kemudian ia hubungkan terhadap lingkungan, bagaimana
efeknya untuk lingkungan, jika yang terjadi adalah menjadi semakin kompleks,
maka kita harus mengubah pandangan stres kita dengan melakukan pengalihan,
contohnya setelah ditinggalkan oleh pacarnya Mitha merasa kecewa dan sedih
sehingga mempengaruhi moodnya terhadap lingkungannya, karena moodnya sedang
buruk ia terlihat lebih sensitif lalu orang-orang menjauhinya (tidak ingin
membuat Mitha semakin marah), karena ketidak stabilan moodnya yang merugikan
dirinya, maka Mitha bangkit dari rasa sedihnya, da Mitha kembali ceria seperti
sedia kala.
2. Peredaran atau Peringanan (Palliation)
Jenis koping ini mengacu pada mengurangi
atau menghilangkan atau menoleransi tekanan-tekanan kebutuhan atau fisik,
motorik atau gambaran afeksi dari tekanan emosi yan dibangkitkan oleh lingkungan
yang bermasalah. Pada jenis koping ini bertitik fokus pada emosi yang
ditimbulkan dari lingkunga. Contohnya, dahulu ketika Mia bersekolah Mia selalu
masuk dalam sekolah negeri dan ketika ia berkuliah Mia tidak dapat masuk dalam
peruruan tinggi negeri sehingga ia melanjutkan ke perguruan tinggi swasta,
akhirnya Mia menjadi sedih, dan sangat kecewa, akhirnya untuk menghilangkan
rasa kecewanya Mia berusaha menerima kenyataannya kemudian demi menenangkan
dirinya sendiri Mia selalu (terkadang) berkhayal bahwa Mia sedan berkuliah di
perguruan tinggi negeri.
IV. Pendekatan Problem Solving Terhadap
Stres
Dalam Siswanto dijelaskan dalam
menangani stres yaitu menggunakan metode Biofeedback, tekhniknya
adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stres kemudian belajar
untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit
sebagai feedback. Tetapi jika teman-teman tahu tentang hipno-self,
teman-teman cukup menghipnotis diri sendiri dan melakukan sugesti untuk diri
sendiri, cara ini lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita
sendiri. Dan jika teman-teman ingin melakukan hipno-self, utamanya
adalah tempat harus nyaman dan tenang, dan teman-teman cukup membangkitkan apa
yang menyebabkan teman-teman stres, cari tahu gejalanya hingga akar dari
masalah tersebut, kemudian berikan sugesti-sugesti yang positif, InsyaAllah cara
ini akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara spiritual (mengarah kepada
Tuhan Semesta Alam).
Sumber :
Munandar, Ashar Sunyoto. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia
(UI-Press).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar