Hubungan
Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita
bukan sekedar
menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan
interpersonalnya.
Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content melainkan juga
menentukan relationship. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat
menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk
mengungkapkan dirinya makin cermat persepsinya tentang orang lain dan
persepsi dirinya sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
Ø Model-model
hubungan Interpersonal
a. Model
Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu
transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena
mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang pemuka
dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut:
“Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa
setiap
individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan
sosial hanya
selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi
ganjaran dan
biaya”.
b. Model
Peranan
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai
panggung sandiwara. Disini setiap orang harus
memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat.
Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai
dengan
peranannya.
·
Analisis
Transaksional
Analisis
Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan
pada hubungan interaksional. AT dapat dipergunakan untuk terapi individual,
tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek
perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi
dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan
pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi
mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru guna kemajuan hidupnya sendiri.
AT
dikembangkan oleh Eric Berne tahun 1960. Dalam mengembangkan pendekatan ini
Eric Berne menggunakan berbagai bentuk permainan antara orang tua, orang dewasa
dan anak. Dalam eksprerimen yang dilakukan Berne mencoba meneliti dan
menjelaskan bagaimana status ego anak, orang dewasa dan orang tua, dalam
interaksi satu sama lain, serta bagaimana gejala hubungan interpersonal ini
muncul dalam berbagai bidang kehidupan seperti misalnya dalam keluarga, dalam
pekerjaan, dalam sekolah, dan sebagainya.
Ø
Memulai Hubungan
a. Pembentukan
Tahap ini sering disebut
juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik
dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai
oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya.
Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai
pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses
mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data
demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles R.
Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh
kategori, yaitu:
a) informasi demografis.
b) sikap dan pendapat (tentang
orang atau objek).
c) rencana yang akan datang.
d) kepribadian.
e) perilaku pada masa lalu.
f) orang
lain serta,
g) hobi dan minat.
Proses pembentukan kesan :
Stereotyping
Seorang guru
ketika menghadapi murid-muridnya yang bermacam-macam, ia akan mengelompokkan
mereka pada konsep-konsep tertentu; cerdas, bodoh, cantik, jelek, rajin, atau
malas. Penggunaan konsep ini menyederhanakan bergitu banyak stimuli yang
diterimanya. Tetapi, begitu anak-anak ini diberi kategori cerdas, persepsi guru
terhadapnya akan konsisten. Semua sifat anak cerdas akan dikenakan kepada
mereka. Inilah yang disebut stereotyping.
Stereotyping ini juga menjalaskan terjadinya primacy
effect dan halo effect yang sudah kita jelaskan
dimuka. Primacy effect secara sederhana menunjukkan bahwa
kesan pertama amat menentukan; karena kesan itulah yang menentukan kategori.
Begitu pula, halo effect. Persona stimuli yang sudah kita
senangi telah mempunyai kategori tertentu yang positif, dan pada kategori itu
sudah disimpan semua sifat yang baik.
Implicit
Personality Theory
Memberikan
kategori berarti membuat konsep. Konsep “makanan” mengelompokkan donat, pisang,
nasi, dan biscuit dalam kategori yang sama. Konsep “bersahabat” meliputi
konsep-konsep raman, suka menolong, toleran, tidak mencemooh dan sebagainya.
Disini kita mempunya asumsi bahwa orang ramah pasti suka menolong, toleran, dan
tidak akan mencemooh kita. Setiap orang mempunyai konsepsi tersendiri tentang
sifat-sifat apa yang berkaitan dengan sifat-sifat apa. Konsepsi ini merupakan
teori yang dipergunakan orang ketika membuat kesan tentang orang lain. Teori
ini tidak pernah dinyatakan, kerena itu disebut implicit personality
theory. Dalam kehidupan sehari-hari, kita semua psikolog, amatir,
lengkap dengan berbagi teori kepribadian. Suatu hari anda menemukan pembantu
anda sedang bersembahyang, anda menduga ia pasti jujur, saleh, bermoral tinggi.
Teori anda belum tentu benar, sebab ada pengunjung masjid atau gereja yang
tidak saleh dan tidak bermoral.
Atibusi
Atribusi adalah
proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat
pada perilakunya yang tampak (Baron dan Byrne, 1979:56). Atribusi boleh juga
ditujukan pada diri sendiri (self attribution), tetapi di sini kita hanya
membicarakan atribusi pada orang lain. Atribusi merupakan masalah yang cukup
poupuler pada dasawarsa terakhir di kalangan psikologi sosial, dan agak
menggeser fokus pembentukan dan perubahan sikap. Secar garis besar ada dua
macam atribusi: atribusi kausalitas dan atribusi kejujuran.
Fritz Heider (1958) adalah yang pertama menelaah
atribusi kausalitas. Menurut Heider, bila kita mengamati perilaku sosial,
pertama-tama kita menentukan dahulu apa yang menyebabkannya; factor situasional
atau personal; dalam teori atribusi lazim disebut kausalitas eksternal dan
kausalitas internal (Jones dan Nisbett, 1972).
Sekarang bagaimana kita dapat menyimpulkan bahwa
persona stimuli jujur atau munafik (atribusi kejujuran-attribution of
honesty)? Menurut Robert A. Baron dan Donn Byrne (1979:70-71), kita akan
memperhatikan dua hal: (1) sejauh mana pernyataan orang itu menyimpang dari
pendapat yang popular dan diterima orang, (2) sejauh mana orang itu memperoleh
keuntungan dari kita dengan pernyataan itu.
b. Daya tarik
Dalam hukum
daya tarik dapat dijelaskan bahwa cara pandang orang
lain terhadap diri individu akan dibentuk melalui cara berfikir, bahasa dan
tindakan yang khas. Orang pintar, pandai bergaul, ganteng atau cantik akan
cenderung ditanggapi dan dinilai dengan cara yang menyenangkan dan dianggap memiliki sifat yang baik. Meskipun apa yang disebut gagah, cantik atau pandai bergaul belum disepakati, namun sebagian relatif menerima orang sebagai pandai cantik atau gagah. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik seseorang baik fisik maupun karakter sering menjadi penyebab tanggapan dan penerimaan personal.
lain terhadap diri individu akan dibentuk melalui cara berfikir, bahasa dan
tindakan yang khas. Orang pintar, pandai bergaul, ganteng atau cantik akan
cenderung ditanggapi dan dinilai dengan cara yang menyenangkan dan dianggap memiliki sifat yang baik. Meskipun apa yang disebut gagah, cantik atau pandai bergaul belum disepakati, namun sebagian relatif menerima orang sebagai pandai cantik atau gagah. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik seseorang baik fisik maupun karakter sering menjadi penyebab tanggapan dan penerimaan personal.
Ø Hubungan Peran
Model
peran.
Menganggap
hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus
memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat.
Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai
dengan peranannya.
Konflik
Konflik
Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena
pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara duaorang
yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal
ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi.
Karena
konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota
organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan
organisasi tersebut.
Adequacy peran dan Autentisitas dalam hubungan peran
Kecukupan perilaku yang
diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara
formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi ( ketentuan )
dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan
dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri
atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.
Ø
Intimacy dan Hubungan
Pribadi
Sebagai konsekuensi adanya daya tarik
menyebabkan interaksi sosial antar individu menjadi spesifik atau terjalin
hubungan intim. Orang-orang tertentu menjadi istimewa buat kita, sedangkan orang
lain tidak. Orang-orang tertentu menjadi sangat dekat dengan kita, dibandingkan
orang lain. Adapun bentik intim terdiri dari persaudaraan, persahabatan, dan
percintaan. Lebi h jauh mengenai bentuk-bentuk hubungan intim tersebut daoat
dijelaskan pada bagian berikut :
1.
Persaudaraan
Hubungan intik ini didasarkan pada hubungan
darah. Hunungan intim interpersonal dalam persaudaraan terdapat hubungan inti
ssperti dalam keluarga kecil. Pada persaudaraan itu didlamnya terkandung
proximitas dan keakraban.
2.
Persahabatan
Persahabatan biasanya terjadi pada dua
individu yang didasarkan pada banyak persamaan. Utamanya persamaan usia.
Hubungan dalam persahabatan tidak hanya sekedar teman, lebih dari itu diantara
mereka terjalin interaksi yang sangat tinggi sehingga mempunyai kedekatan
psikologis. Indikasi atau tanda-tanda bila dalam hubungan interpersonal terjadi
persahabatan yaitu : sering bertemu, merasa bebas membuka diri, bebasmenyatakan
emosi, dan saling tergantung diantara mereka.
3.
Percintaan
Persabatan antar priab dan wanita bisa
berubah mejadi cinta, jika dua individu itu merasa sebagai pasangan yang
potensial seksual. Dalam suatu persahabatan, dapat melahirkan satu proses yang
namanya jatuh cinta. Hal ini terjadi karena ada dua perbedaan mendasar antara
persahabatan dan cinta.
Ø Intimacy
dan Pertumbuhan
Apapun alasan untuk
berpacaran, untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta.
Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses
menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah
kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita
kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun
menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan
kita.
Keinginan setiap pasangan
adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap
berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat
ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan
dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa
terbuka terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena :
(1) kita tidak mengenal
dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh.
(2) kita tidak menyadari
bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan.
(3) kita tidak percaya
pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia.
(4) kita dibentuk menjadi
orang yang berkepribadian tertutup.
(5) kita memulai pacaran bukan
dengan cinta yang tulus .
Dalam hal inilah
keutamaan cinta dibutuhkan.
Sumber :